Welcome In Bali

selamat datang di blog ini, dalam blog ini anda akan dapat mengetahui informasi daerah pariwisata yang ada di bali yang wajib anda kunjungi apabila ke Bali

Selasa, 21 Desember 2010

Pantai Kuta (Kab. Badung, Bali)

Pantai Kuta (Kuta Beach)
Kabupaten/Kota : Badung
Kuta adalah wilayah yang semarak di Bali dan merupakan surga bagi wisatawan mancanegara. Kuta memenuhi segala kebutuhan wisatawan, seperti pasir putih, pantai dengan ombaknya yang sangat sempurna untuk berselancar, banyak restoran, kafetaria, dan disko yang membuat kehidupan malam sangat berkesan. Di sepanjang jalan banyak kios yang menjual beraneka ragam kebutuhan wisatawan, seperti pakaian, pita kaset, dan tiket yang dijual sangat murah. Kuta terletak 11 kilometer sebelah selatan Denpasar dan dapat dicapai dengan mudah menggunakan transportasi umum.
mulai dikenal ketika para pedagang dari Denmark membuka kantor perwakilan dagang disini. Hubungan dagang yang terjalin antara perwakilan dagang tersebut dengan penduduk pribumi asli kemudian berkembang dengan sangat pesat.
Baru mulai pada tahun 1930 sepasang suami istri asal California Amerika sangat terkesan dengan keindahan pantai Kuta yang waktu itu sama sekali belum terjamah campur tangan manusia, alias masih alami. Kuta Beach Hotel adalah hotel pertama yang berdiri di kawasan ini, namun sayang harus ditutup karena tentara Jepang menyerbu pulau Bali pada waktu itu. Pada tahun 1960 ketika banyak turis Australia yang harus singgah di Bali untuk perjalanan ke Eropa, Kuta mulai semakin dikenal kembali. Dalam perkembangannya, area Kuta semakin menarik kunjungan para wisatawan tidak hanya dari Australia, namun juga dari berbagai belahan dunia yang lain.
Dengan cepat berdirilah berbagai hotel di sepanjang kawasan pantai Kuta. Biasanya hotel-hotel dikawasan ini bertaraf internasional atau setidaknya sebuah grup hotel internasional. Berawal dari awal ujung pantai Kuta terdapat Inna Kuta B each Hotel, Hard Rock Hotel, Mercure Hotel, dll. Juga berdiri sebuah penginapan yang sangat nyaman bergaya butik resort yaitu Alam KulKul Boutique and Resort.
Waktu paling ramai di kawansan pantai Kuta adalah di sore hari atau sewaktu matahari terbenam (sunset). Semua turis apakan mancanegara ataupun lokal berkumpul menjadi satu disini. Apalagi ada momen-momen khusus di dalam negeri seperti liburan sekolah, liburan Lebaran Idul Fitri atau liburan tahun baru, bisa dipastikan keramaian itu semakin menjadi.
Di pantai Kuta pengunjung bisa melakukan selancar atau surfing, bermain sepakbola, bermain layang-layang, sekedar rebahan di pasir pantainya yang hangat, atau cuci mata menyaksikan para turis bule berjemur. Apabila tertarik dengan layanan kuncir rambut atau pembuatan tato sementara, itu juga bisa didapat di pantai ini.

Kuta is a vibrant area in Bali and is a paradise for foreign tourists. Kuta meet all the needs of tourists, such as white sand beaches with perfect waves for surfing, many restaurants, cafeterias, and disco that makes life very memorable night. Along the way many stalls selling a wide range of needs of tourists, such as clothes, cassette tapes, and tickets are sold very cheap. Kuta is located 11 kilometers south of Denpasar and can be reached easily using public transportation.
began to be known when the merchants from Denmark to open trade representative office here. Trading relationship that exists between the trade representative with the original native population and then develop very rapidly.
New start in 1930 a married couple from California Americans are very impressed with the beauty of Kuta beach, who was totally unspoiled human intervention, the alias is still natural. Kuta Beach Hotel is the first hotel that stands in the region, but unfortunately have to be closed because the Japanese army invaded the island of Bali at the time. In 1960 when many Australian tourists who had a stopover in Bali for a trip to Europe, Kuta started getting known again. In the process, the more interesting areas of Kuta tourist visits not only from Australia, but also from various parts of the world.
Quickly stand various hotels along the Kuta beach area. Usually the hotels area of this international standard, or at least an international hotel group. Starting from the beginning of the end of Kuta Beach Inna Kuta B contained EACH Hotel, Hard Rock Hotel, Mercure Hotel, etc.. Also stands a very comfortable inn boutique style resort that is Nature Kulkul Boutique and Resort.
Kawansan busiest time at Kuta beach is in the evening or during sunset (sunset). All whether foreign or local tourist gathered into one here. Moreover, there are special moments in the country such as school holidays, Idul Fitri holidays or New Year holiday, we can be sure the crowd was getting into.
Kuta beach, visitors can make surfing or surfing, playing soccer, flying kites, just lying on the warm beach sand, or wash the eyes of Western tourists watched the sun. If interested in the services ponytail hair or temporary tattoo, it can also be obtained at this beach.

Rabu, 15 Desember 2010

Taman Burung Singapadu (Kab. Gianyar, Bali)

Taman Burung Bali (Citra Bali Bird Park)
Kabupaten/Kota : Gianyar
Seiring dengan keindahan panorama Bali semakin banyak investor asing yang ingin mengembangkan usahanya di Pulau Seribu Pura ini. Hal ini terbukti dengan berdirinya sebuah Taman Burung Cirta Bali International di Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar, lebih kurang 12 Km dari Kota Denpasar. Di tempat ini para wisatawan dapat melihat beragam jenis burung baik burung asli Pulau Bali, seluruh Indonesia maupun burung dari Mancanegara.

Along with panoramic beauty of Bali more and more foreign investors who wish to develop their business in the Thousand Islands this temple. This is evident with the establishment of an International Bali Bird Park Cirta Singapadu Village, Sukawati district, Gianyar Regency, approximately 12 km from Denpasar City. In these places tourists can see the variety of bird species of birds both native island of Bali, Indonesia as well as all the birds from Abroad.

Selasa, 14 Desember 2010

Garuda Wisnu Kencana (Kab. Badung, Bali)

Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (bahasa Inggris: Garuda Wisnu Kencana Cultural Park), disingkat GWK, adalah sebuah taman wisata di bagian selatan pulau Bali. Taman wisata ini terletak di tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, kira-kira 40 kilometer di sebelah selatan Denpasar, ibu kota provinsi Bali. Di areal taman budaya ini, direncanakan akan didirikan sebuah landmark atau maskot Bali, yakni patung berukuran raksasa Dewa Wisnu yang sedang menunggangi tunggangannya, Garuda, setinggi 12 meterArea Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana berada di ketinggian 146 meter di atas permukaan tanah atau 263 meter di atas permukaan laut.
Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit Unggasan - Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi ikon bagi pariwisata Bali dan Indonesia.
Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda. Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda & Kerajaannya yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.
Patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan 20 km sehingga dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot. Patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton, dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter. Jika pembangunannya selesai, patung ini akan menjadi patung terbesar di dunia dan mengalahkan Patung Liberty.



Garuda Wisnu Kencana Cultural Park (English: Garuda Wisnu Kencana Cultural Park), abbreviated pedestal, is a tourist park on the southern island of Bali. This tourist park is located in the foreland of Nusa Dua, Badung regency, about 40 kilometers south of Denpasar, the provincial capital of Bali. In the garden area of this culture, is planned to set up a landmark or mascot of Bali, the giant statue of Lord Vishnu who is riding the mount, Garuda, as high as 12 meterArea Garuda Wisnu Kencana Cultural Park located at an altitude of 146 meters above ground level or 263 feet above sea level.
Garuda Wisnu Kencana statue is located in Bukit Unggasan - Jimbaran, Bali. This statue is the work of renowned sculptor Bali, I Nyoman Nuarta. This monument is developed as a park of culture and became an icon for tourism in Bali and Indonesia.
The statue is a tangible god Vishnu is the god in the Hindu Preserver (Sthiti), riding a Garuda bird. People of Garuda can be seen in the story of Garuda & empire that revolves around the act of devotion and sacrifice of the bird Garuda to save his mother from slavery that ultimately protected by the god Vishnu.
The statue was projected to tie spatial visibility to 20 km so that it can be seen from Kuta, Sanur, Nusa Dua up to Tanah Lot. Garuda Wisnu Kencana statue is a symbol of environmental rescue mission and the world. The statue is made from a mixture of copper and steel weighing 4,000 tons, with a height 75 meters and 60 meters wide. If construction is finished, this sculpture will become the largest sculpture in the world and beat the Statue of Liberty.

Minggu, 12 Desember 2010

Taman Kupu-Kupu (Kab. Tabanan, Bali)

Taman Kupu-kupu Bali(Butterfly Park)
Kabupaten/Kota : Tabanan
Kupu-kupu yang merupakan salah satu persembahan kekayaan alam Indonesia dan terbesar dari Sabang sampai Merauke, kini dihimpun dalam sebuah taman dengan nama "TAMAN KUPU-KUPU" yang terletak di Desa Wanasari Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan, kurang lebih 5 km ke Utara kota Tabanan. Setiap hari dilepas ratusan ekor kupu-kupu yang beraneka warna, salah satu diantaranya yang paling terkenal didunia ialah: kupu-kupu Sayap Burung Sorga (Omithoptera Paradisea), o. Priamus dan berbagai jenis dari seluruh nusantara. Taman kupu-kupu satu-satunya di Nusantara ini berusaha mengembang biakkan sekaligus menangkar guna keperluan pengetahuan ilmiah maupun sebagai study pendidikan dimasa mendatang.


Bali Butterfly Park (Butterfly Park)
District / City: Tabanan
The butterfly is one of Indonesia's natural wealth and offering the greatest from Sabang to Merauke, now gathered in a park with the name "BUTTERFLY GARDEN" located in the Village Wanasari Tabanan Regency, approximately 5 km north of Tabanan town . Every day hundreds detachable tail butterfly colorful, one of which is the world's most famous: the butterfly wing of the Bird of Heaven (Omithoptera Paradisea), o. Priamus and various kinds from all over the archipelago. Butterfly garden only in this archipelago as well menangkar try breeding for purposes of scientific knowledge as well as study the future of education

Pantai Sanur (Kota Denpasar, Bali)

Pantai Sanur (Sanur Beach)
Kabupaten/Kota : Denpasar
Pantai ini terletak di sebalah timur kota Denpasar dan sudah terkenal sejak dahulu kala, yaitu ketika perang Puputan Badung, pada tahun 1906. Di kalangan pariwisata, Pantai Sanur pertama kali diperkenalkan oleh pelukis Belgia A.J. Le Mayeur bersama istrinya Ni Polok yang menetap di sana sejak tahun 1937. Daya tarik Pantai Sanur adalah sebelah utaranya yang melingkar seperti setengah lingkaran dan bagian selatannya berbelok dari timur ke barat, serta ombaknya tak begitu besar.
Fasilitas yang ada di Pantai Sanur, antara lain hotel bertaraf internasional, seperti Hotal Grand Bali Beach, Hotel Bali Hyatt, Hotel Sanur Beach, dan Hotel Natour Sindu Beach. Di samping itu, masih banyak lagi hotel di sepanjang timur dan tenggara Pantai Sanur. Kios barang kesenian dan art shop juga banyak di sana. Rumah makan dan Resturan yang menyediakan berbagai hidangan baik khas daerah maupun international terdapat disepanjang kawasan Sanur, juga tersedia fasilitas rekreasi air seperti diving, snorkling, canoeing, surfing, jet ski, parasailing dan lain-lain. Para pengunjung juga dapat menikmati keindahan sepanjang pantai . Bagi yang menyenangi olah raga jogging telah tersedia jalan setapak sepanjang kurang lebih 6 km di sepanjang pantai Mertasari sampai Padanggalak.


Sanur Beach (Sanur Beach)
District / City: Denpasar
This beach is located in the eastern city of Denpasar and sebalah been famous since ancient times, when war Puputan Badung, in 1906. Among tourism, Sanur Beach was first introduced by the Belgian painter AJ Le Mayeur and his wife Ni Polok who settled there since 1937. The attraction of Sanur beach is north of coiled like a half circle and the south turning from east to west, and the waves were not so big.
Existing facilities at Sanur Beach, among other international hotels, such as the Hotel Grand Bali Beach Hotel Bali Hyatt, Sanur Beach Hotel, and Hotel Natour Sindhu Beach. In addition, there are many more hotels along the east and southeast of Sanur Beach. Kiosk goods art and art shop too much in there. Restaurants and Resturan that provides a variety of dishes typical of the region and international both are along the Sanur area, water recreation facilities are also available such as diving, snorkeling, canoeing, surfing, jet skiing, parasailing and others. The visitors also can enjoy the beauty along the coast. For those who enjoyed sports jogging along the trail are available approximately 6 km along the coast until Padanggalak Mertasari.

Telaga Waja (Kab.Karangasem, Bali)


Lokasi:
Telaga Waja adalah sungai yang terletak di Desa Rendang, Kecamatan Rendang. Sungai ini sangat bagus untuk kegiatan arung jeram. Airnya jernih dan banyak lekuk dengan bebatuan besar sepanjang aliran sungai. Kegiatan arung jeram ini akan menguji nyali Anda untuk menaklukan tantangan alam ini.
Fasilitas:
Beberapa fasilitas penunjang pariwisata tersedia di tempat ini, seperti hotel-hotel kecil dan restoran.
Deskripsi:
Telaga Waja adalah sungai yang terletak di Desa Rendang, Kecamatan Rendang. Sungai ini sangat bagus untuk kegiatan arung jeram. Airnya jernih dan banyak lekuk dengan bebatuan besar sepanjang aliran sungai. Kegiatan arung jeram ini akan menguji nyali Anda untuk menaklukan tantangan alam ini.
Pemandangan sepanjang sisi sungai sangat mengagumkan dengan udaranya yang sejuk. Bagi mereka yang ingin mencoba tantangan arung jeram Telaga Waja akan menghadapi tingkat II dan tingkat III, juga bersebelahan dengan tingkat IV. Di tengah perjalanan, Anda akan menyaksikan air terjun yang mengagumkan.
Telaga Waja merupakan sungai yang memiliki aliran air yang tetap kontras dengan sungai Ayung yang dalam dan “tajam”. Ekspedisi Telaga Waja dimulai dari lembah terbuka Desa Rendang.
Anda dapat menyaksikan keindahan pemandangan di dibawah aliran air terjun jernih yang menakjubkan. Di kejauhan, anak-anak desa bermain di sungai dan para petani bekerja di sawah.
Titik awal arung jeram adalah Desa Rendang, sementara titik akhirnya di Desa Muncan. Pada titik akhir Anda bisa mandi untuk membersihkan badan. Selanjutnya Anda dapat menikmati sarapan pagi sambil menyaksikan pemandangan Bali yang mengagumkan dari restoran.


Location:
Telaga Waja is a river located in the village of Rendang, Rendang district. This river is great for rafting activities. The water was clear and lots of curves with large rocks along the river flow. This rafting activity will test your guts to conquer the challenges of this nature.
Facilities:
Some tourism facilities available in these places, such as small hotels and restaurants.
Description:
Telaga Waja is a river located in the village of Rendang, Rendang district. This river is great for rafting activities. The water was clear and lots of curves with large rocks along the river flow. This rafting activity will test your guts to conquer the challenges of this nature.
Scenery along the side of the river was amazing with the cool air. For those who want to try Telaga Waja rafting challenges will face the level II and level III, also adjacent to level IV. Along the way, you will witness an amazing waterfall.
Telaga Waja is a river which has a constant flow of water in contrast with that in the Ayung River and the "sharp". Telaga Waja expedition started from the open valley Rendang Village.
You can see the beauty of the landscape under a clear flow of stunning waterfalls. In the distance, children playing in the river villages and farmers working in rice fields.
The starting point of rafting is Rendang Village, while the last point in the village of Muncan. At the end point you can take a shower to cleanse the body. Then you can enjoy breakfast while watching the amazing scenery of Bali restaurants.

Minggu, 05 Desember 2010

Pantai Lovina (Kab. Buleleng, Bali)

Pantai Lovina(Lovina Beach)
Kabupaten/Kota : Buleleng
Kawasan Wisata Lovina ini merupakan kawasan wisata pantai dengan daya tarik utamanya pantai dengan air laut yang tenang, pasir berwarna kehitam-hitaman, dan karang laut dengan ikan-ikan tropisnya. Karena sifat lautnya yang tenang, Lovina ini sangat cocok untuk rekreasi air seperti menyelam, snorkling, berenang, memancing, berlayar, mendayung dan sekedar berendam di air laut.
Disamping daya tarik tersebut di atas, dapat dicatat disini adanya ikan lumba-lumba dalam habitat aslinya. Ikan lumba-lumba yang jumlahnya ratusan ini dapat dilihat di pagi hari, kurang lebih satu kilometer lepas pantai. Ikan lumba-lumba yang menyelam, melompat di atas permukaan air dengan pemandangan untaian gunung di sebelah selatannya, langit kemerah-merahan pertanda terbitnya matahari, merupakan suatu pemandangan yang memberi daya tarik yang sangat memikat.
Kawasan Lovina ini juga ditunjang oleh banyak daya tarik wisata di sekitarnya yang mudah dicapai. Daya tarik pariwisata di sekitar Lovina antara lain : Air Panas Banjar, Wihara Budaha, Air Terjun Gitgit, dan desa-desa sekitarnya yang sangat ideal untuk mereka yang mencintai alam (ecotourism).
Secara resmi, kawasan ini disebut Wisata Kalibukbuk, namun lebih dikenal dengan sebutan Kawasan Wisata Lovina. Kawasan ini meliputi 2 kecamatan, yaitu Desa Pemaron, Desa Tukadmungga, Desa Anturan dan Desa Kalibukbuk masuk Kecamatan Buleleng sedangkan Desa Kaliasem dan Desa Temukus masuk Kecamatan Banjar. Kedua-duanya terletak di kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng. Desa yang terletak paling Timur yaitu Desa Pemaron (5 km Barat Singaraja) dan desa paling Barat yaitu Desa Temukus (12 km Barat Singaraja). Pusat kawasan wisata Lovina terletak 10 km dari kota Singaraja.
Kawasan wisata Lovina sementara ini menjadi pusat fasilitas kepariwisataan di Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng. Terdapat berbagai macam akomodasi, baik hotel berbintang, hotel melati, pondok wisata maupun "homestay", rumah makan, toko cendramata, angkutan, pelayanan pertukaran uang (money changer), pelayanan informasi pariwisata (tourist information service), telpon (Wartel) dan lain-lainnya. Sebagai kawasan wisata dan pusat fasilitas pariwisata di Buleleng, Lovina mendapat kunjungan yang terbesar dari wisatawan yang datang ke Buleleng. Berdasarkan hasil survey pariwisata tahun 1992, dari jumlah wisatawan yang menginap di Buleleng, 90 % menginap di Lovina.
Lovina diberi nama oleh Almarhum Anak Agung Panji Tisna. Konon nama Lovina diambil dari nama hotel kecil di India yaitu "Lafeina" dimana beliau menginap dan menulis buku dengan judul Ni Ketut Widhi (yang kemudian buku ini diterjemahkkan kedalam beberapa bahasa dan untuk mengenang almarhum). Ada juga versi lain Lovina ini diambil dari adanya dua pohon "santen" yang ditanam oleh putra beliau yang kemudian tumbuh saling berpelukan. Jadi Lovina berasal dari bahasa latin dengan arti saling mengasihi atau saling menyayangi. Kemudian oleh Bupati Kepala Daerah tingkat II Buleleng, Drs. I Ketut Ginantra selama masa jabatannya dari tahun 1988 sampai 1993, Lovina diartikan sebagai singkatan dari "Love" dan "Ina" artinya "Cinta Indonesia".

Pantai Lovina (Lovina Beach)
District / City: Buleleng
Area Tour Lovina beach is a tourist area with its main attraction beach with calm sea water, blackish-colored sand, and coral reefs with tropical fish. Because of the nature of a quiet sea, Lovina is very suitable for water recreation such as diving, snorkeling, swimming, fishing, sailing, rowing and just soak in sea water.
In addition to the above appeal, it can be noted here the dolphins in their natural habitat. Dolphins by the hundreds can be seen in the morning, approximately one kilometer offshore. Dolphins that dive, jump above the water surface with a string of mountain scenery in the south, the sky was rosy rising of the sun sign, is a sight that gives a very alluring charm.
Lovina area is also supported by many nearby attractions easily accessible. Tourist attraction around Lovina include: Hot Water Banjar, Vihara Budaha, Waterfall Gitgit, and surrounding villages that are ideal for those who love nature (ecotourism).
Officially, this region is called the Tour Kalibukbuk, but better known as Area Tourism Lovina. This region includes two sub-districts, the Village Pemaron, Tukadmungga Village, Village and Village Anturan Kalibukbuk enter Buleleng District while kaliasem Village and Village Banjar District Temukus entry. Both districts are located in Buleleng regencies. Village East is located at the Village Pemaron (5 km west of Singaraja) and the most western village of Temukus Village (12 km west of Singaraja). Central tourist area located 10 km from Lovina Singaraja city.
Lovina temporary tourist area has become a center of tourism facilities in the Regency of Buleleng. There are various kinds of accommodation, hotels, hotels, tourist cabin or "homestay", restaurants, shops cendramata, transportation, money exchange services (money changer), tourism information services (tourist information service), telephone (Wartel) and other -Other. As a tourist area and a center of tourism facilities in Buleleng, Lovina get the biggest requests from tourists who come to the Buleleng. Based on a tourism survey in 1992, the number of tourists who stay in Buleleng, 90% stayed in Lovina.
Lovina was named by the late Anak Agung Panji Tisna. Lovina is said that the name was taken from a small hotel in India, "Lafeina" where he was staying and wrote a book with the title Ni Ketut Widhi (which this book diterjemahkkan into several languages and to commemorate the deceased). There is also another version of this Lovina taken from the two trees "Santen" planted by his son who later grew up hugging each other. So Lovina derived from the Latin with the meaning of love each other or love each other. Then by the regent of Buleleng Level II Regional Head, Drs. I Ketut Ginantra during his tenure from 1988 to 1993, Lovina interpreted as an abbreviation of "Love" and "Ina" means "Love Indonesia."

Pura Taman Ayun (Kab. Badung, Bali)


Pura Taman Ayun (Taman Ayun Temple)
Kabupaten/Kota : Badung
Sebuah lingkungan pura kerajaan yag dibangun tahun 1634. Lingkungan Pura tersebut dikelilingi oleh kolam berisi teratai, kira-kira 300 meter sebelah istana kerajaan Mengwi. Lingkungan pura dengan tiga halaman yang hijau oleh tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumputan yang terpelihara, dihiasi oleh barisan meru, paibon dan Padmasana Singgasana Sang Hyang Tri Murti. Dan di seberang lingkungan pura juga terdapat Museum Manusa Yadnya , yaitu Museum upacara kemanusiaan sejak manusia dalam kandungan sampai dengan pembongkaran mayat.
Taman Ayun terletak di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Dari kota Denpasar jaraknya lebih kurang 18 km menuju arah barat laut mengikuti jalan jurusan Denpasar-Singaraja melalui Bedugul. Agar sampai di lokasi lingkungan Pura dengan menggunakan kendaraan bermotor memerlukan waktu perjalanan sekitar 25 menit. Kendaraan umum juga ramai lalu lalang dari pagi hingga sore hari, sehingga masalah transportasi tidak ada kesulitan. Di sebelah kiri dan kanan lingkungan Pura terdapat komplek perkampungan penduduk dengan rumah-rumah tradisonalnya, sementara di seberang jalan terdapat jeram-jeram dengan parit yang berliku-liku.


Pura Taman Ayun (Taman Ayun Temple)
District: Badung
A royal temple environment yag built in 1634. Pura environment is surrounded by a lotus pond contained, approximately 300 meters next to the royal palace Mengwi. Environment temple with three pages by green plants and grasses are maintained, decorated by a row of Meru, paibon and Padmasana Throne Sang Hyang Tri Murti. And the environment across the temple there are also Manusa Yadnya Museum, which is the Museum ceremony humanity since humans in the womb until the demolition of the corpse.

Taman Ayun is located in the village of Mengwi, Mengwi District, Badung regency. Distance from Denpasar town approximately 18 km to the northwest following the path of majoring in Denpasar-Singaraja via Bedugul. In order to reach the location of Pura environment using vehicle trip takes about 25 minutes. Public transport was also busy passing from morning to evening, so there is no problem of transportation difficulties. To the left and right environments are complex Pura township residents with homes tradisonalnya, while across the street there are rapids, riffles with the maze of trenches.

Pura Rambut Siwi (Kab. Negara, Bali)


Pura Rambutsiwi(Rambutsiwi Temple)
Kabupaten/Kota : Negara
Rambut siwi sebagai obyek wisata merupakan lingkungan suatu pura yang bernama Pura Rambut siwi, dikelilingi sawah yang membentang luas dan berteras-teras, dan di sebelah selatannya terdapat gundukan tebing dan batu karang yang curam. Dari gundukan tebing ini tampak Samudra Indonesia yang selalu dihiasi oleh deburan ombak. Di sebelah barat daya lingkungan pura terdapat balai tempat istirahat untuk menikmati keindahan panorama laut yang cukup mengasikkan.
Tidak jauh dari balai tempat istirahat tadi, di sebelah selatan pura terdapat undak-undak yang curam untuk jalan turun ke pantai. Di pinggir pantai pada tebing batu karang ada dua buah goa yang dianggap suci dan keramat. Suasana di tempat ini tenang sekali dan baik untuk menenangkan pikiran.
Rambutsiwi terletak di pinggir pantai selatan Pulau Bali bagian barat yang termasuk wilayah Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. Di sebelah utara lingkungan Pura, lebih kurang 200 meter terbentang jalan raya jurusan Denpasar-Gilimanuk, terdapat penyawangan lingkungan Pura Rambutsiwi. Di sini biasanya umat Hindu yang melintasi jalur perjalanan tersebut berhenti sejenak untuk menghaturkan sembah mohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Di sekitar lingkungan pura (terutama di sebelah timur dan barat) ada tempat-tempat istirahat untuk melepas lelah sementara sambil melihat-lihat keindahan alam disekitarnya. Disamping itu terdapat pula disana pameran lukisan maupun barang-barang souvenir lainnya yang dipajang setiap hari.
Rambut siwi sering mendapat kunjungan para wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara. Waktu kunjungan yang paling baik adalah pada sore hari sebelum matahari terbenam. Umumnya wisatawan ramai berkunjung kesana pada hari-hari libur, hari raya dan hari piodalannya.


Pura Rambutsiwi (Rambutsiwi Temple)
District / Town: Negara
Siwi hair as an environmental tourist attraction is a temple called Pura Hair Siwi, surrounded by vast stretches of paddy fields and terraces, and in the south there are dune cliffs and steep rocks. From this cliff dune looks Ocean Indonesia which is always decorated by the pounding waves. In the southwest neighborhood temple hall where there is a break to enjoy the panoramic beauty of the sea is quite exciting.
Not far from the hall where the rest had, in the south of the temple there are steep steps to the road down to the beach. On the beach at the cliff there are two caves are considered holy and sacred. The atmosphere in this place so quiet and good for calming the mind.
Rambutsiwi located on the south shore west part of Bali Island which belonged Yehembang Kangin village, district of Jembrana Mendoyo. Pura neighborhood on the north, approximately 200 meters stretch highway department Denpasar-Gilimanuk, there penyawangan Rambutsiwi Pura environment. Here are Hindus who cross the path of travel is paused to deliver to beg salvation worship to God the Almighty Esa.Di neighborhood temples (especially in the east and west) there are places where a break to unwind while, looking at the natural beauty surroundings. In addition there are also exhibitions of paintings and other souvenir items on display every day.
Siwi hair often get visits by tourists, both domestic and foreign. Left is best to visit in the afternoon before sunset. Generally tourists visit there crowded on holidays, holidays and days piodalannya.

Kamis, 02 Desember 2010

Desan Sibetan (Kab. Karangasem, Bali)


Lokasi:
Desa Sibetan, yang terkenal dengan salaknya, terletak di Kecamatan Bebandem-sekitar 83 km dari Denpasar atau 15 km dari Amlapura.
Fasilitas:
Di daerah wisata ini terdapat banyak warung dan penginapan.
Deskripsi:
Sebagai salah satu tujuan wisata di Karangasem, Desa Sibetan menawarkan panorama alam (agro wisata). Desa Sibetan terletak di ketinggian 400-600 m di atas permukaan laut, dengan temperatur rata-rata 20º-30 º C. Rata-rata curah hujannya adalah 1.567 mm-20.000 mm per tahun. Iklim yang dingin dan udara yang segar membuat salak cocok tumbuh di daerah ini. Disini para wisatawan dapat menemukan vegetasi salak dengan beragam rasa. Luasnya kebun salak di daerah ini juga menarik untuk disaksikan.
Sekitar 81,12% daerah Sibetan, yaitu 1.125.000 hektar, diubah menjadi kebun salak. Dengan demikian, sekitar 14 ragam vegetasi salak dapat ditemukan di daerah ini. Wisatawan dapat menyaksikan proses panen salak termasuk pemasarannya.
Selain sebagai pusat salak, Sibetan juga layak dikunjungi karena keunikannya dan budaya dan tarian tradisionalnya, seperti genjek dan angklung.
Untuk menikmati keindahan alam daerah ini, para pengunjung dapat mengiuti aktifitas trekking yang akan dipandu oleh pemandu wisata lokal.

Location:
Sibetan village, famous for he barked, located in Bebandem district 83 km from Denpasar or 15 km from Amlapura.
Facilities:
In tourist areas there are many shops and lodging.
Description:
As one tourist destination in Karangasem, Sibetan Village offers a panoramic view of nature (agro tourism). Sibetan village situated at an altitude of 400-600 m above sea level, with an average temperature of 20 º -30 º C. Average rainfall is 1567 mm, 20.000 mm per year. The cool climate and fresh air make suitable salak grow in this area. Here the tourists can find vegetation barking with a variety of flavors. The extent of salak garden in this area is also interesting to watch.
Approximately 81.12% Sibetan area, which is 1.125.000 hectares, is converted into the garden barking. Thus, about 14 varieties of salak vegetation can be found in this area. Tourists can watch the process of harvesting bark, including its marketing.
Apart from being the center of salak, Sibetan also worth a visit because of its uniqueness and cultural and traditional dances, such as genjek and angklung.
To enjoy the natural beauty of this area, visitors can join the trekking activity that will be led by local guides.

Objek Wisata Putung (Kab. Karangasem, Bali)


Sejarah:
Berdasarkan cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi, nama Putung diambil dari nama suatu daearah yang terisolasi, yang dulu pernah dikunjungi oleh orang yang ingin meditasi untuk mendapatkan berkah. Kata "Putung" dianggap berasal dari kata "putus" yang berarti suatu perkawinan tanpa memiliki keturunan, dalam Bahasa Bali disebut "putung".
Lokasi:
Putung terletak di Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, sekitar 64 km dari Denpasar dan sekitar 19 km dari Amlapura. Area ini dapat dijankau oleh kendaraan umum atau pribadi.
Fasilitas:
Hotel-hotel kecil dengan restoran dilengkapi dengan areal parkir yangluas tersedia sebagai fasilitas pendukung.
Deskripsi:
Nilai plus pada Putung sebagai objek wisata adalah panoramanya yang indah dan mengagumkan, yang merupakan kombinasi antara pegunungan dan laut dari kejauhan. Putung terletak pada daerah pengunungan yang dikelilingi oleh pepohonan lebat, terutama kebun "salak". Ini membuat daerah ini begitu dingin dan sejuk. Dari sini, kita bisa melihat pemandangan sekitar yakni persawahan. Dari ketinggian ini pula kita bisa melihat para nelayan menangkap ikan. Keindahan Putung menjadi terkenal melalui lukisan seorang pelukis Italia yang tinggal di daerah ini selama bertahun-tahun dan menikah dengan wanita dari Desa Manggis.

History:
Based on stories handed down from generation to generation, a name taken from the name of a Putung daearah isolated, which had been visited by people who want to meditate to get the blessing. The word "Putung" considered to be derived from the word "break" which means a marriage without having offspring, in Bahasa Bali called "putung".
Location:
Putung located in the village of East Duda, District Strait, about 64 km from Denpasar and about 19 km from Amlapura. This area can dijankau by public or private vehicles.
Facilities:
Small hotels with restaurants are equipped with a parking area yangluas available as supporting facilities.
Description:
Value plus the Putung as a tourist attraction is a view of beautiful and amazing, which is a combination of mountains and sea in the distance. Putung lies in the mountains surrounded by dense trees, especially the garden "barking". This makes this region so cold and cool. From here, we can see the scenery around the rice field. From this height we can also see the fishermen catch fish. Putung beauty became famous through the paintings an Italian painter who lived in this area for many years and married a woman from the village of Manggis.

Pantai Candidasa (Kab. Karangasem, Bali)

Sejarah:
Dahulu, Candidasa dikenal sebagai Teluk Kehen. Namun, sejak daerah ini dibuka menjadi objek wisata, nama Candidasa pun mulai digunakan.
Tidak ada catatan/laporan pasti tentang latar belakang nama Candidasa. Namun, dianggap pemilihan nama ini berhubungan dengan cerita "lingga" di bagian dalam candi yang terletak pada perbukitan Candidasa.
Naskah kuno menyebutkan bahwa Pura Candidasa dibangun pada abad ke-12. Ada "lingga" yang terdapat di dalam candi yang dipercaya sebagai symbol Dewa Siwa. Di tempat suci ini konon bisa mendapatkan penghargaan tertinggi atau "sorga" dengan uttering sepuluh huruf yang disebut "Dasa Aksara" (Dasa artinya sepuluh).
Cerita lain mengatakan bahwa nama Candidasa diinspirasi oleh sebuah patung dekat lingga. Patung itu adalah patung Dewi Hariti yang dikelilingi oleh 10 anak. Dipercaya bahwa Dewi Hariti memberikan berkah berupa kemakmuran dan kesejahteraan kepada mereka yang bersembahyang disana.
Lokasi:
Candidasa terletak di desa Samuh-Bugbug, Kecamatan Karangasem. Sekitar 65 km dari Denpasar dan 12 km dari Amlapura.
Fasilitas:
Fasilitas yang tersedia disini antara lain: restoran, hotel-hotel kecil, hotel berbintang, dan fasilitas lain yang diperlukan untuk mendukung industri pariwisata.
Deskripsi:
Candidasa dikenal karena pasir putihnya. Industri pariwisata bermunculan dengan latar belakang Samudra Hindia. Dari tempat ini kita bisa melihat Pulau Lombok dan Nusa Penida dan cahaya "jukung" yakni perahu tradisional yang bersinar akan selalu membawa Anda untuk datang lagi.

History:
Previously, Candidasa is known as the Gulf of the will. However, since this area was opened to tourist attractions, the name Candidasa began to be used.
There is no record / report regarding the background definitely Candidasa name. However, considered the selection of this name is associated with the story of "phallus" on the inside of the temple which is located in Candidasa hills.
Codex mentions that Candidasa Temple was built in the 12th century. There are "commemorative" contained in the temple which is believed as a symbol of Lord Shiva. In this shrine is said to be able to get the highest award or "heaven" by uttering ten letters called "Dasa Literacy" (Dasa means ten).
Another story says that the name Candidasa inspired by a statue near the phallus. The statue is the statue of Goddess Hariti surrounded by 10 children. It is believed that the blessings of Goddess Hariti provide prosperity and welfare to those who pray there.
Location:
Candidasa is located in the village Samuh-Bugbug, Karangasem district. About 65 km from Denpasar and 12 km from Amlapura.
Facilities:
The facilities available here include: restaurants, small hotels, hotels, and other facilities needed to support the tourism industry.
Description:
Candidasa is known for its white sand. The tourism industry emerged with the background of the Indian Ocean. From here we can see the island of Lombok and Nusa Penida and light "boats" which is a traditional boat shine will always take you to come again.

Selasa, 30 November 2010

Puri Agung Karangasem (Kab. Karangasem, Bali)


Puri Agung Karangasem
Sejarah:
Puri Agung Karangasem dibangun pada abad ke-19 oleh Anak Agung Gede Jelantik, raja pertama Kerajaan Karangasem. Tujuan wisata ini menarik untuk dikunjungi karena arsiteturnya yang unik, yang merupakan kombinasi antara arsitektur Bali, Cina, dan Eropa.
Lokasi:
Puri Karangasem terletak di Amlapura, sekitar 78 km dari Denpasar.
Deskripsi:
Seperti yang disebutkan di atas, arsitektur Puri Agung Karangasem adalah kombinasi antara tiga gaya. Arsitektur Bali dapat ditemukan pada pahatan patung-patung Hindu dan relief pada dinding puri. Pengaruh Eropa terlihat pada gaya gedung utama dengan beranda yang besar, sementara arsitektur Cina tampak pada gaya jendela, pintu, dan ornamen yang lain.
Puri Agung Karangasem terdiri atas tiga bagian, yakni Bencingah, Jaba Tengah, dan maskerdam. Bencingah merupakan bagian depan dari Puri, dimana kesenian tradisional sering dipentaskan. Jaba Tengah yang menjadi kebun puri dengan kolam. Di tengah kolam terdapat sebuah bangunan yang disebut "Balai Gili" atau gedung mengambang, disini kita bisa menemukan dua pohon lychee tua. Bagian ketiga adalah Maskerdam, yang diberikan setelah nama kota Amsterdam, sebuah kotak di Belanda. Bangunan ini dibangun pada awal Raja Karangasem memulai hubungan dengan Pemerintah Belanda.

Puri Agung Karangasem
History:
Puri Agung Karangasem was built in the 19th century by Anak Agung Gede Jelantik, the first king of Karangasem Kingdom. The purpose of this tour interesting to visit because arsiteturnya unique, which is a combination of Balinese architecture, China, and Europe.
Location:
Karangasem Castle is located in Amlapura, about 78 km from Denpasar.
Description:
As mentioned above, the architecture of Puri Agung Karangasem is a combination of three styles. Balinese architecture can be found in carvings of Hindu statues and reliefs on the walls of the castle. European influence seen in the style of the main building with a large veranda, while the Chinese architectural style seen in windows, doors, and other ornaments.
Puri Agung Karangasem consists of three parts, namely Bencingah, Middle Jaba, and maskerdam. Bencingah front part of the Castle, where traditional arts are often staged. Middle Jaba the castle garden with a pond. In the middle of the pond there is a building called "Hall Gili" or building a floating, here we can find two old lychee trees. The third part is Maskerdam, which is given after the name of the city of Amsterdam, a box in the Netherlands. The building was built at the beginning of the King of Karangasem start a relationship with the Dutch Government.

Desa Jemeluk (Kab. Karangasem, Bali)

Desa Jemeluk
Sejarah:
Berdasarkan cerita rakyat setempat nama Jemeluk berasal dari kata "menyeluk" atau "seluk" yang berarti teluk. Daerah ini terkenal dengan kehidupan bawah airnya.
Lokasi:
Jemeluk terletak di Desa Purwakerti, Kecamatan Abang-sekitar 100 km dari Denpasar atau 21 km dari Amlapura. 

Fasilitas:
Di sekitar daerah ini dapat ditemukan restoran, hotel, dan warung makan. Pengunjung yang ingin melihat panorama laut dari dekat dapat menikmatinya dari tempat pemberhentian.
Deskripsi:
Jemeluk merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi dengan kehidupan bawah air yang mengagumkan. Air yang jernih membuat para pengunjung nyaman bila melakukan aktifitas bawah air untuk melihat ikan-ikan tropis dan kehidupan bawah air lainnya.
Terumbu karang di Jemeluk menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung dari seluruh dunia.
Disamping panorama bawah air, kita juga bisa menikmati pemandangan alam sekitar yang indah dengan perbukitan dan lembah menawan dikombinasikan dengan laut yang luas. Proses pembuatan garam tradisional yang dibuat penduduk setempat tentulah menjadi sesuatu yang layak disaksikan

Jemeluk Village
History:
Based on local folklore Jemeluk name comes from the word "menyeluk" or "ins" which means the bay. This area is famous for its life under water.
Location:
Jemeluk Purwakerti located in the village, Abang District, about 100 km from Denpasar or 21 km from Amlapura.
Facilities:
In the vicinity of this area can be found in restaurants, hotels, and food stalls. Visitors who want to see the panoramic view from the nearby sea can be enjoyed from the dismissal.
Description:
Jemeluk is an interesting place to visit with an amazing underwater life. Clear water make the visitors comfortable if you do the activity under the water to see tropical fish and other underwater life.
Coral reefs in Jemeluk main attraction for visitors from around the world.
In addition to the underwater panorama, we can also enjoy the beautiful scenery around the hills and charming valleys combined with the vast sea. Traditional salt-making process that made the local population would be something worth witnessed

Desa Iseh (Kab. Karangasem, Bali)

Desa Iseh
Lokasi:
Objek wisata Iseh terletak di Desa Iseh, Kecamatan Sidemen dengan jarak 52 km dari Denpasar dan dapat dijangkau dengan kendaraan umum atau pribadi.
Fasilitas:
Beberapa fasilitas penunjang pariwisata tersedia di tempat ini, seperti hotel-hotel kecil, toko-toko yang menawarkan kain endek dan aneka suvenir.
Deskripsi:
Pemandangan alam Iseh sudah dikenal berpuluh-puluh tahun yang lalau. Gunung Agung yang tampak dari kejauhan dengan lembahnya, sungai yang mengalir dengan airnya yang jernih ditengah-tengah persawahan yang hijau, dimana para petani tradisional bekerja-merupakan sesuatu yang layak disaksikan. Keindahan panorama Iseh diperkenalkan pertama kali oleh dua orang asing yang cukup lama tinggal di daerah ini. Melalui lukisan mereka mendokumentasikan pemandangan Desa Iseh dan kehidupan sosial kemasyarakatannya. Kedua pelukis tersebut adalah Walter Spies dari Jerman dan Theo Meier dari Swiss. Mereka menghabiskan masa hidupnya dnegan bersosialisasi dengan masyarakat setempat dan mengenal lebih jauh tentang adat dan budaya mereka.

Iseh village
Location:
Iseh tourist attraction located in the Village Iseh, Sidemen district with a distance of 52 km from Denpasar and can be reached by public transport or private.
Facilities:
Some tourism facilities available in these places, like small hotels, shops that offer cloth endek and various souvenirs.
Description:
Iseh natural scenery has been known for decades that plainly. Gunung Agung can be seen from a distance with the valley, the river that flows with crystal clear water in the middle of the green rice field, where farmers traditionally work-is something worth witnessed. Iseh scenic beauty was first introduced by two strangers who lived long enough in this area. Through their paintings document the views of the Village kemasyarakatannya Iseh and social life. Both painters are of German Walter Spies and Theo Meier from Switzerland. They spend his life moved at socializing with the local community and know more about their customs and culture.

Air Panas Penatahan (Kab.Tabanan,Bali)




Air Panas Penatahan(Penatahan Water Spring)
Air Panas Penatahan ini terletak di desa Penatahan Kecamatan Penebel + 13 km dari Kota Tabanan ke Utara 34 km dari Denpasar dengan panorama alam yang indah dan dikanan kirinya dilatarbelakangi oleh sawah yang berundak-undak. Mata air panas ini berada di tepi sungai Yeh Ho dan air panas Penatahan oleh masyarakat di kenali dengan nama Yeh Panes. Berdasarkan hasil penelitian dari laboratorium Departemen Kesehatan, air panas ini sangat baik untuk mandi karena mengandung belerang dan mineral lainnya yang sangat baik untuk menyembuhkan penyakit kulit.

Penatahan Hot Water (Spring Water Penatahan)
Hot Water is located in the village Penatahan Penatahan Sub Penebel + 13 km north of Tabanan town 34 km from Denpasar with beautiful natural scenery and the right and left field against a background of the staircase the steps. Hot springs are located on the banks of the river Yeh Ho and hot water Penatahan by people in familiar with the name Yeh panes. Based on the results of research from the Ministry of Health laboratory, hot water is excellent for bathing because it contains sulfur and other minerals which are very good to cure skin diseases.

Pura Goa Gajah (Kab.Gianyar, Bali)




Pura Goa Gajah (Elephant Cave Temple)
Kabupaten/Kota : Gianyar
Pura goa Gajah terletak di Desa Bedulu, kecamatan Blahbatuh kabupaten daerah tingkat II Gianyar. Jaraknya dari Denpasar Kurang lebih 26 Km, sangat mudah dicapai. Disana ada kios-kios kesenian dan Rumah makan.
Pura ini di lingkupi oleh persawahan dengan keindahan ngarai sungai Petanu, berada pada jalur wisata Denpasar – Tampaksiring – Danau Batur – Kintamani. Disekitarnya terdapat tempat-tempat bersejarah seperti Yeh Pulu, Samuan Tiga, Gedung Arca, Arjuna Metapa, Kebo Edan, Pusering Jagat, Penataran Sasih dan lain-lain. Namun Goa Gajah belum diketahui asal usulnya secara pasti. Nama ini perpaduan nama Pura Guwa (sebutan masyarakat setempat) dengan nama kuna yang termuat dalam prasasti-prasasti yakni Ergajah dan Lwa Gajah. Nama-nama Anta Kunjarapada dan Ratna Kunjarapada itu dari akhir abad kesepuluh sampai akhir abad ke Empat belas ( Negara Kertagama ). Kekunaan ini didukung oleh Peninggalan Purbakala.
Di pelataran Pura Goa Gajah terdapat Petirtaan kuno 12 x 23 M2, terbagi atas tiga bilik. Dibilik utara terdapat tiga buah Arca Pancuran dan di bilik Selatan ada Arca Pancuran pula, sedangkan di bilik tengah hanya terdapat apik arca. Lebih kurang 13 meter di sebelah utara Petirtaan terdapat Goa atau Ceruk Pertapaan berbentuk huruf T. Lorong Goa berukuran : lebar 2,75 M, tinggi 2,00 M. Dikiri kanan lorong terdapat ceruk-ceruk untuk bersemedi, jumlahnya 15 buah. Pada ceruk paling Timur terdapat Trilingga dan diujung Barat terdapat Arca Ganeca.
Dihalaman Goa Pura Gajah diketemukan pula Fragmen bangunan yang belum bisa direkonstruksi. Tembok keliling menjadi penanggul tebing disebelah Barat pula ini. Lebih kurang 100M disebelah Selatan Petirtaan didapati sisa-sisa Percandian Tebing. Sebagian kaki candi itu masih ada bagian – bagian yang lain telah runtuh ke kaki yang ada didepannya. Sebuah Chatra berpayung 13 tergeletak ditepi kaki itu. Badan candi itu memakai hiasan yang sangat indah. Ada pula bagian Chatra bercabang tiga. Dua buah Arca Budha dengan sikap Dhynamudra diletakkan pada sebuah tahta berdekatan dengan ceruk yang hampir jebol. Berhadapan dengan percandian ini terdapat sebuah ceruk pertapaan pula. Didepan ceruk ini dibangun balai peristirahatan dan sebuah kolam.


Pura Goa Gajah (Elephant Cave Temple)
District / City: Gianyar
Elephant cave temple located in the village Bedulu, sub-district Blahbatuh Gianyar regency levels. The distance from Denpasar Approximately 26 km, very easy to achieve. There is art stalls and restaurants.
This temple is in surround by rice fields with beautiful river canyon Petanu, located on the tourist route Denpasar - Tampaksiring - Lake Batur - Kintamani. Nearby there are historic places like Yeh Pulu, samuan Three Building, Statue, Arjuna Metapa, Kebo Edan, Pusering Jagat, Upgrading Sasih and others. But Goa Gajah unknown origin with certainty. The name is a combination name Pura Guwa (local name) with the name contained in the ancient inscriptions which Ergajah and LWA Elephant. The names and Ratna Kunjarapada Anta Kunjarapada it from the late tenth century until the end of the century Fourteen (State Kertagama). Kekunaan is supported by the Archaeological Heritage.
Pura Goa Gajah In court there are ancient petirtaan 12 x 23 m2, divided into three chambers. Dibilik north there are three fountains and statues in the South there are statues shower cubicle as well, while in the middle chamber there are only a neat statue. Approximately 13 meters north of there petirtaan Hermitage Goa or niche form of the letter T. Goa Lorong size: 2.75 M width, height of 2.00 M. Right on the left aisle there are niches to meditate, the numbers 15 pieces. In the niche most tip of East and West there are Trilingga Ganeca Arca.
Pura Goa Gajah yard also found fragments of buildings that can not be reconstructed. Wall around the West on the cliff penanggul this too. Approximately 100M South adjacent petirtaan found the remains of enshrinement Cliff. Most foot section of the temple is still there - the other part has collapsed into the existing foot in front. An umbrella Chatra 13 lying alongside the foot of it. Body temple was wearing a very beautiful decoration. There is also a part Chatra trifurcate. Two statues of Buddha with an attitude Dhynamudra placed on a throne near the niche that is almost broken. Faced with this enshrinement hermitage also found a niche. In front of this niche built resort and a pool hall.

Desa Mas (Kab. Gianyar, Bali)

Desa Mas (Mas Village)
Kabupaten/Kota : Gianyar
Desa Mas sudah terkenal akan kesenian, kerajinan ukir-ukiran, patung dan lain-lainnya sejak jaman dahulu sampai sekarang. Letak Desa Mas sangat strategis, karena berada pada jalur pariwisata, oleh karena itu Desa Mas termasuk salah satu Obyek Wisata yang menarik di Daerah Gianyar bagian Barat.
Desa Mas ini berhari-hari banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun Nusantara untuk melihat dan membeli hasil industri kerajinan masyarakat Desa Mas. Seorang Brahmana dari Majapahit, yang tidak betah lagi tinggal disana, datang ke Bali karena masih kuat ingin mempertahankan Agama Hindu yang didesak oleh Agama Islam. Beliau ini disebut Pedanda Sakti Bawu Rauh atau dengan nama lain Danghyang Nirarta atau Danghyang Dwijendra. Selama beliau di Desa Mas, beliau banyak memberikan pelajaran dan pengetahuan baik dibidang agama, sosial, seni budaya dan lain-lainnya kepada Mas Wilis.Setelah Mas Wilis mendalami semua pelajaran dan pengetahuan yang diberikan, lalu diadakan pendiksaan oleh Pedanda Sakti Bawu Rauh dan ia diberi gelar Pangeran Manik Mas. Sebagai bukti bakti untuk menghormati jasa-jasanya, Pangeran Manik Mas membuat pesraman atau Geria dengan segala perlengkapannya untuk Pendanda Sakti Bawu Rauh.
Demikian pula Pedanda Sakti Bawu Rauh untuk memperingati kejadian ini, (sebagai bukti), beliau menancapkan tongkat tangi (pohon tangi) yang masih hidup sampai sekarang yang terletak di jaba tengah Pura Taman Pule Mas. Sejak saat itu beliau memberi nama desa ini Desa Mas. Disamping itu Pangeran Manik Mas mempersembahkan putrinya yang bernama Ayu Kayuan (Mas Gumitir), dari perkawinannya dengan Mas Gumitir menurunkan Brahmana Mas yang tinggal di Desa Mas sekarang ini.


Village Mas (Mas Village)
District / City: Gianyar
Mas Village is famous for its colorful, handmade carvings, sculptures and others since time immemorial to the present. Location of the village of Mas is very strategic, because it is on track for tourism, therefore Mas Village Tourism is one of interest in Herzliya Western Region.
Mas Village is for days many visited by foreign tourists as well as the archipelago to see and buy the crafts industry Mas Village community. A Brahmin of Majapahit, which no longer stand living there, come to Bali because it is still a strong wish to maintain Hinduism who were urged by the Religion of Islam. He is called Sakti Bawu Rauh Rauh or by any other name or Danghyang Danghyang Nirarta Dwijendra. As long as he is in the village of Mas, he provides many lessons and good knowledge in the field of religious, social, cultural arts and others to Mas Mas Wilis Wilis.Setelah explore all the lessons and knowledge are given, then held pendiksaan by Sakti Bawu Rauh Rauh and he was given title of Prince Manik Mas. As a proof of devotion to honor his services, Prince Manik Mas create pesraman or Geria with all its equipment to Pendanda Sakti Bawu Rauh.
Similarly Rauh Rauh Bawu Way to commemorate this event, (as evidence), he put the stick Tangi (Tangi trees) that are still alive today, located in the middle Jaba Pura Taman Pule Mas. Since then he gave the name of this village village of Mas. Besides, Prince Manik Mas presents his daughter, who named Ayu woods (Mas gumitir), from her marriage with Mas Mas gumitir lowering Brahmin who lived in the village of Mas today.

Objek Wisata Batubulan (Kab. Gianyar, Bali)



Batubulan(Batubulan Village)
Kabupaten/Kota : Gianyar
Tempat ini adalah sebuah desa dalam ruang lingkup Kecamatan Sukawati Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar Propinsi Daerah Tingkat I Bali. Desa Batubulan pada awalnya terkenal sebagai satu desa agraris yang kaya akan kesenian termasuk Seni Tari dan Seni Ukir. Struktur masyarakat dan kebudayaan agraris yang dijiwai oleh Agama Hindu menjadi dasar dari kehidupan masyarakat Desa Batubulan.
Batubulan sangat terkenal sebagai 0byek Wisata Tari Barong yang khas. Desa ini terletak pada jalur Denpasar-Gianyar kira-kira 10 km dari Denpasar dan 21 km dari Gianyar. Setiap harinya para wisatawan mancanegara maupun Nusantara menyaksikan tarian barong di lima tempat pertunjukan. Disamping itu para wisatawan juga dapat melihat para pematung batu padas membuat patung-patung untuk dekorasi rumah hotel, perempatan jalan, jembatan maupun pura.

Batubulan (Batubulan Village)
District / City: Gianyar
This place is a village within the scope of Sukawati District Gianyar Regency of Bali Province. Batubulan village was originally known as an agricultural village that is rich in arts including Dance and Art Carving. The structure of agrarian society and culture that is informed by Hinduism became the basis of community life Batubulan Village.
Batubulan very well known as Barong Dance Tour 0byek typical. The village is situated on the route Denpasar-Gianyar approximately 10 km from Denpasar and 21 km from Gianyar. Every day the archipelago of foreign tourists as well as watching barong dance performances in five places. Besides, the tourists also can see the Rock stone sculptors make sculptures for home decorating hotels, crossroads, bridges and temples.

Minggu, 28 November 2010

Taman Nasional Bali Barat (Kab. Negara, Bali)


Taman Nasional Bali Barat(West Bali National Park)
Kabupaten/Kota : Negara
Taman Nasional Bali Barat merupakan bentang alam (landscape) yang luasnya 77.162,5 Ha. Dewasa ini masih berstatus suaka margasatwa (kurang lebih 2.250 ha) dan perairan pantai yang berbatasan sepanjang 1 km dari garis pantai. Oleh karena itu Taman Nasional Bali Barat adalah merupakan suatu kawasan perlindungan dan pelestarian alam baik ditinjau dari segi margasatwa maupun tumbuhan, beserta dengan ekosistemnya. Margasatwa khas yang terdapat di kawasan ini adalah Jalak Putih Bali (Leuoeopsar rhotsehildi) dan Banteng (Bos Javanicus). Jenis tumbuhan khas yang tumbuh di kawasan ini seperti sawo kecik (manilkara kooki) dan lontar (Borrassus Flellifer) membentuk hutan murni. Jenis tumbuhan khas lain yang tumbuh adalah Dipterocarp. Keunggulan Taman Nasional di daerah Bali Barat ini akan dapat meningkatkan fungsi konservasi baik fauna, flora, maupun ekosistemnya dalam bidang pendidikan, penelitian, kebudayaan, rekreasi dan pariwisata.
Beberapa daerah di kawasan hutan ini merupakan obyek rekreasi terbatas, diantaranya daerah Teluk Terima, daerah Sumberrejo dan daerah Stasion Relay Micro Wave di Klatakan.
Daerah Teluk Terima merupakan obyek rekreasi berupa teluk, hutan musim, makam Jayaprana, dan satwa (kera). Rekreasi laut yang dapat dikembangkan di daerah ini adalah bersampan, memancing dan menyelam untuk menyaksikan kehidupan di dasar laut.
Di daerah Sumberrejo terdapat obyek rekreasi berupa hutan musim, hutan hujan, panorama indah berupa teluk (dari ketinggian kurang lebih 40 meter dari permukaan laut ), panorama laut dan perkotaan (Banyuwangi dan Gilimanuk). Obyek ini dapat dicapai dari Desa Sumberrejo, melalui jalan patroli sepanjang kurang lebih 4 km. Kita akan sampai di daerah yang berbukit yang ditanami rumput gajah. Dari atas menara pengintai kadang-kadang dapat dilihat satwa (rusa) sedang merumput di padang rerumputan buatan tersebut.
Di daerah Stasion Relay Micro Wave Klatakan, terdapat obyek rekreasi berupa hutan musim, hutan hujan pegunungan, panorama indah lautan Indonesia (dari ketinggian kurang lebih 400 meter dari permukaan laut), perkampungan dan hutan . Kegiatan rekreasi yang dapat dikembangkan adalah berjalan kaki, memotret, pengamatan satwa dan beristirahat sambil menikmati udara yang sejuk dan panorama yang indah di lautan Indonesia. 

West Bali National Park
West Bali National Park (West Bali National Park)

District / Town: State

West Bali National Park is a landscape (landscape), which covers about 77,162.5 hectares. Currently still a game reserve (approximately 2250 ha) and adjacent coastal waters along the 1 km from the coastline. Therefore, the West Bali National Park is an area of protection and nature conservation both in terms of wildlife and plants, along with its ecosystem. Unique wildlife found in this area is the Bali Starling White (Leuoeopsar rhotsehildi) and Banteng (Bos javanicus). Typical plant species that grow in this region as kecik sapodilla (Manilkara kooki) and palm (Borrassus Flellifer) forming a pure forest. Other typical plant species that grow are dipterocarp. Excellence in Bali National Park West will be able to improve the function of both the conservation of fauna, flora, and ecosystems in the field of education, research, culture, recreation and tourism.
Some areas of this forest area is limited recreational objects, including Thank Bay area, regional and local Sumberrejo Micro Wave Relay Station in Klatakan.
Thank Bay area is a recreational object of the bay, monsoon forest, Jayaprana tomb, and animals (monkeys). Marine recreation that can be developed in this area is boating, fishing and diving to watch life on the seabed.
In the area there is an object Sumberrejo season recreational forests, rain forests, beautiful panorama of the bay (from a height of approximately 40 meters from the sea surface), panoramic sea and urban (Banyuwangi and Gilimanuk). This object can be reached from the village of Sumberrejo, through patrols along the road about 4 km. We will arrive in a hilly area planted with elephant grass. From the top of tower can sometimes be seen wildlife (deer) grazing in the field of artificial grass.
In the area of Micro Wave Relay Station Klatakan, there are objects in the form of forest recreation season, the rain forest mountains, beautiful panoramic ocean Indonesia (from a height of approximately 400 meters above sea level), village and forest. Recreational activities that can be developed is on foot, shooting, wildlife observation and rest while enjoying the cool weather and beautiful panoramas in the Indonesian seas.

Air Terjun Singsing (Kab. Buleleng, Bali)

Air Terjun Singsing(Singsing Waterfall)
Pada waktu musim panas, volume air terjun relatif menurun. Jalan menuju air terjun yang sedikit mendaki merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk kegiatan "trekking". Letaknya yang tidak jauh dari kawasan Lovina, bahkan dapat dicapai dengan jalan kaki dari Lovina, menjadikan obyek ini banyak dikunjungi wisatawan yang umumnya mereka yang tinggal di kawasan Wisata Lovina. Tidak jauh dari air terjun Singsing ini, terdapat monumen Belanda. Monumen ini dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk memperingati gugurnya seorang Perwira tentara Belanda didalam perang Banjar pada tahun 1868. Sekitar tahun 1956 monumen ini dihancurkan karena dianggap menghormati penjajah.
Akan tetapi pada tahun 1992 monumen ini dibangun kembali oleh Pemda Kabupaten Dati II Buleleng dengan maksud bahwa sejarah tidak bisa dihapus, disamping monumen itu juga melambangkan kepahlawanan rakyat Banjar yang mampu menewaskan perwira tentara Belanda. Air Terjun Singsing terletak di Banjar Labuhan Haji Desa Temukus Kecamatan Banjar, 3 km dari Lovina dan 13 km dari Singaraja. Untuk menuju obyek wisata ini dapat dicapai dengan kendaraan bermotor sampai ke jurusan desa Tigawarsa. Sebuah tanda penunjuk arah menunjukkan jalan yang harus diikuti dengan berjalan kaki (sepanjang lebih kurang 600 meter) untuk sampai kepada air terjun yang pertama. Untuk mencapai air terjun kedua yang letaknya lebih tinggi harus melalui jalan yang terjal.
Fasilitas parkir dibangun dan diusahakan oleh banjar setempat, dan warung disekitar kawasan inipun telah tersedia. Wisatawan baik Nusantara maupun mancanegara banyak mengunjungi air terjun ini karena suasananya yang tenang, damai dan cocok untuk kesegaran jasmani. Lokasi Air Terjun di daerah perbukitan, yang memberikan pemandangan hamparan pantai Lovina di arah Utara, menjadi daya tarik yang cukup memikat bagi para wisatawan.

Waterfall Singsing (Singsing Waterfall)
In the summer time, the volume of the waterfall is relatively decreased. The road to a little waterfall climbing is a fun activity to activity "trekking". Located not far from Lovina area, even within walking distance of Lovina, making this object visited by many tourists who are generally those living in the area of Lovina Tour. Not far from this Singsing waterfall, there is a monument of the Netherlands. This monument was built by the Dutch colonial government to commemorate the death of a Dutch army officer in the war Banjar in 1868. Around 1956 the monument was destroyed because they respect the colonists.
However, in 1992 the monument was rebuilt by the Regency of Buleleng Government with a view that history can not be deleted, in addition to the memorial also symbolizes the heroism of the people capable of killing Banjar Dutch army officer. Singsing Waterfall is located in Banjar Labuhan Haji Temukus Village Banjar District, 3 km from Lovina and 13 km from Singaraja. To reach these attractions can be reached by vehicles up to the majors Tigawarsa village. A directional sign pointing the way to be followed by walking (along approximately 600 meters) to get to the first waterfall. To reach the second waterfall that is located higher to go through a steep road.
Parking facilities constructed and operated by local train, and shops around the area this has been available. Archipelago and foreign tourists visit this waterfall many because the atmosphere is calm, peaceful and suitable for physical fitness. Location of Waterfall in the hills, which provide views stretch of the coast of Lovina in the North direction, the main attraction is quite attractive for tourists.

Rabu, 24 November 2010

Danau Buyan dan Danau Tamblingan (Kab. Buleleng, Bali)


Danau Buyan dan Tamblingan Bali
Danau Buyan dan Tamblingan(Buyan and Tamblingan Lake)
Kabupaten/Kota : Buleleng
Danau Buyan dan Danau Tamblingan seolah danau kembar yang memiliki daya tarik yang sangat mempesona. Keaslian alam di kedua danau ini masih sangat dirasakan, misalnya dengan tidak adanya penggunaan perahu bermotor di kedua danau ini. Masyarakat setempat menggunakan perahu-perahu kecil yang disebut "pedahu" untuk memancing. Dengan udara yang sejuk dikelilingi pegunungan yang serba hijau, suasana udara yang segar memberikan suasana yang tenang dan nyaman. Danau ini sangat ideal untuk rekreasi air seperti mendayung dan memancing. Bagi mereka yang menyenangi alam dan rekreasi, kedua danau inilah tempatnya. Adanya kera-kera yang tidak jauh dari kedua danau ini, yaitu di jalan raya sebelah danau Buyan jurusan Denpasar-Singaraja, yang semakin hari semakin banyak jumlahnya, menambah daya tarik kawasan ini sebagai obyek wisata.

Danau Buyan dan Danau Tamblingan berlokasi di Kecamatan Sukasada, 21 km sebelah Selatan Kota Singaraja, terletak di pinggir jalan Denpasar-Singaraja. Letaknya yang cukup tinggi yaitu kurang lebih 1000 m dari permukaan laut menyebabkan udaranya agak sejuk dan dingin pada malam hari. Sedangkan Danau Tamblingan dapat dicapai melalui pertigaan ke arah Desa Munduk, desa Gobleg dan tembus di Lovina. Sepanjang jalan ke danau ini dapat dilihat pemandangannya secara utuh. Dari Desa Munduk dapat dicapai danau melalui jalan swadaya masyarakat. Mobil dapat mencapai pinggir danau yang masih asri, dengan kawasan hutannya yang belum tersentuh.
Fasilitas yang tersedia adalah tempat parkir untuk mobil tepi danau, penyewaan perahu untuk keperluan memancing ataupun sekedar berekreasi, dan fasilitas akomodasi. Dari pengamatan secara umum, kebanyakan wisatawan yang datang ke tempat ini adalah wisatawan mancanegara yang independent, mereka membawa kendaraan sendiri. Setiap saat danau ini ramai dikunjungi wisatawan mancanegara maupun wisatawan Nusantara.
Lokasi 0byek Danau Buyan dan Tamblingan terletak di kawasan yang sangat strategis yakni diapit oleh tiga obyek wisata terkenal yaitu Bedugul dengan Pura Ulun Danunya, Air Terjun Gitgit, dan Lovina Beach. Sebagai latar belakang adalah gunung Lesong dengan ketinggian 1860 m memagari kejernihan air danau sekaligus menciptakan keheningan yang sangat alami.


Lake Buyan and Tamblingan Bali
Lake Buyan and Tamblingan (Buyan and Tamblingan Lake)
District / City: Buleleng
Lake Buyan and Lake Tamblingan as twin lake that has an appeal that is very charming. Authenticity of nature in the two lakes is still keenly felt, for example, in the absence of the use of motorized boats on both lakes this. Local people use small boats called "pedahu" for fishing. With the cool air that completely surrounded by green mountains, fresh air atmosphere provide a calm and comfortable. This lake is ideal for water recreation such as kayaking and fishing. For those who love nature and recreation, the lake is the place. The existence of apes is not far from the lake, which is on the highway next to the lake Buyan majoring in Denpasar-Singaraja, which is daily increasing in number, increase the attractiveness of this region as a tourist attraction.

Lake Buyan and Lake Tamblingan Sukasada located in the District, 21 km south of Singaraja City, located on the roadside Denpasar-Singaraja. Its location is quite high at about 1000 m above sea level causes the air is slightly cool and cold at night. While Lake Tamblingan can be achieved through a T-junction towards Munduk Village, the village Gobleg and translucent in Lovina. Along the road to the lake can be seen in the landscape as a whole. From Village Munduk lake can be reached via road-governmental organizations. Cars can reach the edge of the lake is still beautiful, with the forest untouched.
Facilities are available for car parking by the lake, boat rentals for fishing or just recreation, and accommodation facilities. From general observation, most of the tourists who come to this place is an independent foreign tourists, they bring their own vehicle. Every time the lake is visited by foreign tourists and tourist archipelago.
Location 0byek Lake Buyan and Tamblingan located in a very strategic region that is flanked by three famous sights of Bedugul with Ulun Danunya, Waterfall Gitgit, and Lovina Beach. As background is a mountain with an altitude of 1860 m Lesong fence in the lake water clarity as well as creating a very natural silence.

Senin, 15 November 2010

Alas Kedaton (Kab. Tabanan, Bali)

Alas Kedaton adalah sebuah lokasi tujuan wisata di Bali yang berada di Kabupaten Tabanan. Biasanya rombongan atau individual pelancong akan menyinggahi Alasa Kedaton dalam perjalanan menuju Tanah Lot selepas berkunjung dari Bedugul atau sebaliknya.
Alas Kedaton merupakan sebuah objek wisata ternama di Bali dengan ciri khas hutannya yang asri dan kera serta kalong yang lucu. Alas Kedaton terletak di desa Kukuh Kecamatan Marga + 4 km dari kota Tabanan. Pura ini mempunyai dua keunikan yang sangat menarik.Alas Kedaton memiliki luasan sekitar 6,5 hektar. Pepohonan yang tumbuh di hutan ini sangatlah beragam. Sementara populasi keranya sendiri diperkirakan mencapai 1.800 ekor. Kawasan Alas Kedaton bisa terjaga kelestariannya hingga sekarang tidak terlepas dari tradisi yang dijaga ketat warga setempat yakni berpantang menebang pohon atau pun mengganggu kera di kawasan hutan dan warga setempat sangat menaatinya.
Pura ini mempunyai dua keunikan yang sangat menarik, Pertama adalah memiliki empat pintu masuk ke dalam Pura yaitu dari barat yang merupakan pintu masuk utama yang lainnya dari Utara, Timur dan dari Selatan yang kesemuanya menuju ke halaman tengah. Keunikan yang kedua adalah halaman dalam yang merupakan tempat yang tersuci justru letaknya lebih rendah dari halaman tengah dan luar. Tempat suci ini dikelilingi oleh hutan yang dihuni oleh sekelompok kera yang dianggap keramat. Disamping itu pula terdapat sekelompok kalong yang hidup bergantungan di dahan-dahan pohon kayu yang besar dan sewaktu-waktu beterbangan, merupakan suatu atraksi yang sangat menarik bagi wisatawan baik bagi wisatawan Nusantara maupun mancanegara. Upacara piodalan di Pura ini adalah jatuh pada hari Selasa (Anggara Kasih) dau puluh hari setelah Hari Raya Galungan, yang mana upacara dimaksud dimulai pada siang hari dan harus sudah selesai sebelum matahari terbenam. Pura ini sering pula disebut Pura Alas Kedaton atau Pura Dalem Kahyangan.